ABIS INI MAU APA?

BERES SIDANG SKRIPSI ENAKNYA NGAPAIN YA???

Pertanyaan itu selalu tergiang dalam benak gue. Anehnya, gue udah pusing memikirkan

"Apa langkah selanjutnya?"

bahkan sebelum gue sidang skripsi. Itu membuat pikiran gue sudah kacau, bingung, dan bimbang akan masa depan. Belum lagi gue mahasiswa yang sudah memasuki semester 9 dan hampir menyentuh semester 10. Padahal dulu gue sering kena omelan ortu karena gue jarang pulang ke rumah untuk mengikuti SP, Semester Padat. Yaaa awalinya sih gue pengen lulus 3,5 tahun tapi apa daya takdir berkata lain :v.



Bakal panjang kalau gue ceritain kenapa gue bisa lulus 4,5 tahun, dan bukan itu yang mau gue share di tulisan singkat kali ini. Belum lama ini, gue mudik ke tangerang, setelah gue yudisium dan tinggal menunggu wisuda aja gitu. Dulu sih gue punya alasan buat gak mudik, karena ya kuliah, sekarang nothing wkwk. Gue udaah yudisium, tinggal menunggu wisuda, alasan apalagi coba yang mau gue pakai buat tidak mudik wkwkw. Alhasil gue balik ke Tangerang naik motor hari Sabtu jam 2 siang.

Selain memenuhi hasrat kangen gue dengan keluarga, alasan gue balik ke tangerang juga tak lain iingin mendiskusikan masalah "gue mau kerja apa". Karena percuma kan kalau kita kerja enak tapi gak dapat restu orang tua. Percakapan itu gue inget banget, malam senin di samping dapur. Di sana ada gue, mamah dan ayah. Gue memulai percakapan dengan bertanya kepada ayah,

"yah, dulu kerja di Toto gajinya berapa yah?"
 "4 jutaan"

wow angka yang cukup besar pada jamannya. jadi ayah gue dulu bekerja sebagai karyawan Toto tahun 2000 an. 4 juta itu tergolong besar looh. Gue juga sempat kaget ketika mendengar gaji saudara gue yang jadi karyawan pabrik juga, sekitar 7 jutaan. WEW.

Gue yang saat ini menjadi pengajar private kaget dong dengan gaji segitu wkwkw. Buat gambaran bagi kalian yang ingin menjadi guru les/private, sekali ngajar biasanya 90 menit dengan fee 50-75 ribu. Masalah uang transpor itu tergantung dari lembaga kalian. Selama pengalaman gue ngajar les private, paling besar sebulan gue mengantongi 1 jutaan, itu pun gue mengorbankan kuliah wkwk (jangan ditiru ya teman-teman).

So, gue mendiskusikan dengan orang tua gue, perihal keraguan gue untuk menjadi guru.

"Loh koq ragu sih? kan elu lulusan pendidikan?"

Nah, alasan keraguan gue timbul dari kerealistisan gue, bahwa gue ingin dapat gaji besar. Anjir sangat terlihaat betapa kapitalisnya gue wkwk. Bukan sekedar itu sebenarnya, ada lagi pertimbangan tentang besarnya tanggung jawab ketika menjadi guru. Inget ya, guru sekolah dan guru les private itu beda jauh, dari segi tanggung jawab ataupun fokusannya. Gue lebih suka menjadi guru les private karena gue tidak dibebani perihal administratif yang yaa begitulah, adapun siswa yang gue ajar juga sedikit 1-5 siswa. Dan guru les private itu lebih menekankan kepada mengajar materi yang tidak dipahami siswa, bukan mendidik siswa. Ya memang sih, mendidik itu pekerjaan mulia, tapi kalau kita salah mendidik? dosa jariyaaaah brooo.

Gue membeberkan rencana gue ke ortu, bahwa gue baru saja mendatangi job fair untuk melamar pekerjaan. Bukan cuman di job fair, tapi juga di berbagai media sosial dan aplikasi penyedia loker. Kebanyakan sih gue melamar di bank, dengan posisi Management Development Program.

"Apa itu?"
"Gue juga kagak tau wkwk, sing penting posisi itu membuka untuk semua jurusan"

So, gue juga menjelaskan keinginan gue untuk mencari pengalaman terlebih dahulu. Gue memberi tahu bahwa gue juga mempunyai keinginan untuk bekerja di pabrik.

"Kalo kerja di pabrik nanti cape loh cup", begitulah kata mamah

Yaa, emang ada ya pekerjaan yang gak cape? Setidaknya alasan gue ingin bekerja di pabrik adalah capeknya gue hanya di fisik, bukan di pikiran, Gue ingin menggunakan pikiran gue untuk yang lain, entah youtube, blog, marketing dan lain-lain. Setidaknya menjadi karyawan pabrik, gue tidak akan yang namanya membawa pekerjaan ke rumah

"Yaa buat apa atuh kuliah kalo ujung-ujungnya kerja di pabrik?"

Gue diem. Cukup lama. Bukan karena gue tidak punya jawaban, tapi lebih kepada meresapi maksud dari pertanyaan mamah.
Singkatnya gue menjelaskan kepada ortu bahwa tujuan gue kuliah itu bukan untuk mencari kerja, tapi mencari ilmu. Memang gue ingin menjadi guru, tapi bukan sekarang. Yang ingin gue kejar dekat-dekat ini adalah kebebasan finansial. Gue ingin ketika gue jadi guru, gue tidak hidup dari situ, gue ingin mengabdikan diri gue sepenuhnya.

"Bertahap atuh cup, namanya juga di awal, gak langsung dapat gaji gede"

Yaa emang sih wkwk. Tapi kalau ada pilihan lain dengan pendapatan yang lebih besar dan pekerjaan yang menurut gue lebih enak (sekedar fisik), why not gitu.
Singkat cerita, gue dan ortu bertukar pikiran. Sebenarnya gue baru pas kuliah mulai terbuka kepada orang tua gue, terutama tentang masa depan. Dalam diskusi kita, ortu mengijinkan gue untuk mencari pekerjaan lain selain menjadi guru seperti kerja di bank ataupun kantoran.

"Ya ucup juga mau mah, tapi mau gimana lagi, belum ada panggilan wkwk"

Udah lah yaa. Gue cuman mau ngasih tahu, buat lo yang mengalami kegalauan seperti gue. Ada baiknya lu bercerita dan tukar pikiran dengan orang tua lu.

Memang masa depan ada di tangan kita sendiri, tapi restu orang tua akan mempermudah jalan yang kita tempuh.

Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar