Review Buku Novel Kami
(Bukan) Sarjana Kertas
Baru-baru ini, tepatnya Kamis
malam jumat tanggal 28 Maret 2019, gue pergi ke Gramedia seberang BIP Bandung. Gue
cuman mau liat-liat buku aja, ya kalo ada yang menurut gue menarik, gue beli.
Gue melirik buku bersampul
kuning, lalu gue baca judulnya, “Kami (bukan) sarjana kertas.”
Hmm menarik.
Gue mulai mencari dari tumpukan
buku berjudul sama, buku yang sudah tak terbungkus plastik. Bagi gue, “dont
judge book by its cover” memang berlaku. Tapi nihil, tak satupun gue
menemukan buku yang sudah diperawani wkwk.
Alhasil, gue beli buku itu. Kenapa
gue beli? Gue tertarik ketika membaca penggalan cerita yang berada di sampul
belakang. Buku yang ditulis oleh J.S.Khairen ini bergenre novel. Pas untuk gue
yang sedang mencari bacaan ringan.
Gue balik ke kosan dan sudah gak
sabar untuk bercumbu dengan buku yang baru gue beli.
Tercium aroma kertas buku baru. Gue
baca baru 3 halaman, gue merasa bosan. Bahasanya hyperbola wkwk.
Gue berhenti membaca dulu dan
fokus ke tontonan di televisi.
Selang dua jam, gue baca lagi tuh
buku. Gak butuh waktu lama, gue jatuh cinta sama nih buku. Tentang apa sih buku
itu? Oke gue akan sedikit mereview buku KAMI (BUKAN) SARJANA KERTAS karangan
J.S.KHAIREN.
-
Buku bersampul kuning ini
bercerita tentang pengalaman 7 mahasiswa baru kampus UDEL (Universitas Daulat
Eka Laksana) dan Bu Lira, dosen konseling mereka. Penulis meletakkan dirinya
sebagai orang ketiga. Tidak ada satu tokoh utama dalam novel ini, tetapi cerita
dari 7 mahasiswa cukup dominan. Mungkin seandainya penulis membuat satu tokoh
utama, saya tebak dia adalah ogi.
Cukup realistis kehidupan kampus dan
kehidupan dunia luar yang digambarkan oleh mas khairen, mulai dari tragedi
mahasiswa bunuh diri, dosen zaman purba (metode mengajar), serta
kejadian-kejadian yang sangat mungkin sekali terjadi dalam dunia ini. entahlah,
apa mungkin penulis menceritakan pengalaman pribadinya, saya tidak tahu hehe
Banyak hikmah yang diberikan oleh
novel ini. tak selalu orang miskin sengsara dan tak semua orang kaya bahagia. Di
setiap akhir bab, penulis memberikan kalimat-kalimat yang maknanya mendalam.
“Terkadang apa yang kita harapkan, apa yang kita perjuangkan, tidak
sesuai dengan dengan kenyataan. Di situlah seninya hidup.”
Yup salah satu kalimat penutup bab yang penulis berikan.
Tidak ada alasan untuk tidak membeli buku ini. buku ini cocok untuk
dibaca semua kalangan. Anak-anak, mahasiswa, orang tua, pendidik bahkan
presiden pun sangat cocok untuk membaca buku ini.
-
Singkatnya sih gitu. Kenapa gue menulis ini? gue suka buku ini saking
sukanya, gue beli malam jumat, beres baca jumat jam 10. Jumlah halamannya 340
lebih. Setiap cerita demi cerita gue nikmati.
Menurut gue, buku ini bagus banget buat khususnya mahasiswa tingkat
akhir yang harus tau kehidupan di luar kampus itu bagaimana sih? Apakah ijazah
kita akan sangat bisa diandalkan? Apa yang utama itu kelulusan? Apa nama kampus
itu berharga?
Just read this book and you will know!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar