Sampai kapan ?
“Jangan tertipu dengan fatamorgana kehidupan dunia”, ya
sekali-kali kita perlu melihat dengan jelas apa yang ada di hadapan kita. Gue
menemukan kata ini di dalam pikiran gue setelah gue ditimpa nikmat.
Alhamdulillah, kemaren gue kecelakaan. Lah kenapa alhamdulillah? Apa enaknya?
Ya, setidaknya gue lebih beruntung daripada yang kecelakaan
lalu kehilangan salah satu atau beberapa anggota tubuhnya. Dan yang paling
penting bagi gue, gue sadar ternyata apa yang gue punya di dunia atau di kosan,
gak bakal berguna sama sekali ketika masa kontrak hidup gue sudah habis.
Kejadian ini terjadi kemaren, sore hari ketika gue dan
sitmal pergi ke kota baru untuk mengajar private. Kami berangkat dari UPI jam 3
kurang. Perjalanan dilalui lancar-lancar saja, kita sambil ngobrol-ngobrol.
Ketika memasuki kota baru, ya karena gue sadar gue membawa anak orang, gue
mengendarai motor lebih pelan dari biasanya. Sampai di suatu belokan, gue
melihat bercak air, gue kira air. Ya gue lewatin saja, tapi ternyata itu adalah
oli. Dan motor pun oleng, kita berdua jatuh. Innalillahi. Beruntung sitmal
tidak ikut keseret aspal seperti gue, celana gue sobek dan tas gue pun robek
sedikit lah. Ya di saat situasi sepeti itu, gue sepakat, baik gue maupun
Sitmal, dan mungkin kebanyakan muslim lainnya, bakal langsung teringat sang
Maha Kuasa.
Beruntung kami ditolong oleh seorang pria, bernama Ma’mun.
Dia sedang menunggu temannya di sana. Setelah beristirahat sejenak, kami pun
melanjutkan perjalanan ke perumahan Tatar Pitaloka, untuk mengamalkan ilmu kami
yang sedikit. Tapi sebelum ke lokasi, kita ke masjid Al-Irsyad dulu, menunaikan
shalat ashar. Karena umur tidak ada yang tahu. Semoga kita semua bisa kembali
menghadap ke Arsy Allah dalam keadaan husnul Khotimah. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.
“Kesehatan terasa nikmat, ketika kita sakit”
“Ketika kita berada di dasar kegagalan, kita hanya punya dua
pilihan, jalan mendatar atau mendakit bukit”
“Nikmati kegagalan, kelak itu akan menjadi cerita yang
indah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar