Hmm, Apa Kabar Pendidikan?



Hmm, Apa Kabar Pendidikan?

 
Menonton film itu menyenangkan bagi saya. Setidaknya dapat mengisi waktu luang dengan kegiatan yang tidak menimbulkan hal negatif. Untungnya film yang saya tonton bukanlah film yang berisi adegan dewasa, tapi lebih kepada film yang mempunyai pesan moral yang kuat. Kerap kali saya selalu menanyakan kepada teman , “hey, ada film baru kagak?” setap saya berkunjung ke kosannya.
Hehehe bukannya saya pelit quota untuk mendownload di sana sini. Bukan. Bukan Cuma itu, tetapi lebih karena ingin mengetahui selera film masing-masing teman saya. Oke, di sini saya akan bahas film yang cukup menarik dan bergenre horror, judulnya “Mourning Grave.”
Terlepas daripada apa itu arti Mourning grave yang bisa dicari di mbah google, saya ingin menekankan kepada pesan moral yang saya dapat. Yups tentang dunia pendidikan yang kekejamannya dapat dibungkus rapih dan disertai wewangian yang membuat isinya seolah bagus.
Bukan hanya di Indonesia ternyata, di luar negeri pun seperti itu. Hey, daripada saya bahas pendidikan di luar negeri sepertinya saya lebih suka membahas pendidikan di negeri ini. negeri dimana rumahku berada dan hatiku semoga.
Program wajib belajar 9 tahun di Indonesia itu sudah cukup bagus jikalau memang terlaksana dengan baik dan merata. Tetapi tetap saja banyak anak-anak di sana yang belum dapat mengecap pendidikan di sekolah. Setidaknya, mereka juga tidak juga terlibat tontonan sinetron yang saya rasa kurang mendidik. Oke, sinetron Indonesia. Apa hubungannya dengan pendidikan di Indonesia? Yups, kalian pun tahu jikalau kalian merupakan generasi yang taat yang kebiasaannya dimana-mana selalu menunduk. Oke, saya perjelas. Menunduk untuk melihat layar HP. Terlepas dari apa yang diamati, itu urusan pribadi masing-masing dari kita. Yang terpenting bahwasanya jangan sampai kita diperbudak oleh smartphone kita. Oke oke kita balik lagi ke masalah pendidikan.
Kita sudah tahu bahwasanya tujuan dari diadakannya pendidikan itu adalah untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga-tiganya bukan salah satunya atau salah duanya. Tapi pada kenyataannya? Hmm sangat jarang ditemukan siswa yang terlihat adanya peningkatan dari ketiga aspek itu. Sangat jarang bukan berarti tidak ada, ada koq yang berhasil tapi tidak banyak.
Pada praktik di sekolah, pendidikan di negeri tempat diriku lahir lebih menekankan kepada aspek kognitif saja. Hanya mengisi ruang di kepala. Makanya tidak heran jika kita lihat banyak yang sudah SMA bahkan yang kuliah masih membuang sampah sembarangan, kurangnya kejujuran, dan bahkan sifatnya apatis terhadap lingkungan sekitar. Bukan, bukan karena mereka tidak mengetahui kebenaran. Mereka tahu dan hanya sekedar tahu. 9 tahun lebih belajar bahwa “buanglah sampah ditempatnya”,”saya malu kalau terlambat”, “utamakan kejujuran” dan lain sebagainya. Untuk apa? Untuk sekedar tahu. Ya hanya tahu kalau membuang sampah itu ke tong sampah dan lain-lain.
Oke saya cukupkan dulu tulisan saya sampai di sini. Bukan berarti saya adalah insan yang sempurna. Bukan, saya masih mempunyai bahkan kekurangan dan kelemahan. Apa salahnya jika saya membagi sesuatu yang menurut saya bagus untuk dibagi. Kitalah caalon penerus dan pelurus bangsa, tetaplah belajar dan terus belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar